Puisi: Rasul, Maaf, Aku Belum Shalat

Di setiap kulakukan shalat
senandung Alfatihah kuucap merdu bagai melodi lagu
sefasih makhraj dan selengkap jejeran mad dan tanda waqaf
segala menambah sempurna bacaan shalatku
sayangnya, aku belum fasih meniti Ash-Shirath Al-Mustaqim
shalatku belum seperti shalat Nabi  

Takbirku menggema bersama kedua tangan kuangkat saat takbiratul ihram
di luar shalat, tetanggaku masih terusik ulah jahil jemari ini
tubuh yang kubungkukkan setiap kali rukuk
nyatanya aku masih membusungkan dada
kening yang kutempelkan pada sajadah dikala sujud
aku masih melangit, merasa punya segalanya

Rasul, maaf, aku belum shalat
innash-sholata tanha ‘anil fahsyai wal-munkar
belum kuresapi dalam-dalam, masih belum kulaksanakan
shalatku baru sekedar menggugurkan kewajiban

Duhai shalatku ….
salam di akhir shalat kuucap ke kiri dan ke kanan
sementara, tiap hari tetangga kanan dan kiri
was-was karena keberadaanku
doa-doa panjang kupanjatkan selepas shalat
lebih panjang lagi kala aku menceritakan orang lain

Rasul, maaf, aku belum shalat
ash-sholatu ‘imaduddin
tak mampu kudirikan bersama 5 fardhuku
shalatku hanyalah bilangan-bilangan rakaat

Rasul ….
perjalananmu teramat panjang menjemput shalat
ditemani buraq, didampingi malaikat mulia
dan engkau didustakan kaummu membabi buta
kenapa aku tega membalasnya dengan buruknya
kualitas shalatku?

Rasul, maaf, aku belum shalat
aku belum membenarkan shalatku dengan pekertiku
tak seperti Abu Bakar membenarkanmu di saat
tak satu orang pun mempercayaimu
tapi kau insan paling mulia
kau tetap mencintaiku sepenuh cinta
di tengah shalatku yang amburadul
tak layak kubanggakan di hadapan-Mu

Mengenang peristiwa agung ini; Isra Mikraj
momentum kala kau menjemput shalat fardhu
aku sampaikan padamu lewat lisan dan kalbu,
wahai Rasulullah, maafkan aku, jika belum
sesungguhnya shalat

Ditulis di Banda Aceh, 17 Februari 2023, pukul 17.37 Wib.