Sejarah
Menengok kembali ke tahun 2004, salah satu bencana alam paling mematikan, Tsunami, melanda wilayah Aceh bersama dengan negara tetangga lainnya. Diperkirakan ada 500.000 orang kehilangan nyawa. Lebih dari separuh korban adalah orang Aceh. Hampir semua keluarga kehilangan rumah dan siswa kehilangan sekolah. “Serambi Mekah” ini tiba-tiba berubah menjadi tidak dikenal dengan puing-puing yang menutupi seluruh bagian kota. Bencana tersebut mengundang simpati dari seluruh dunia.
Yayasan Fatih Indonesia, bekerja sama dengan orang-orang altruistik dari berbagai latar belakang yang datang dengan misi kemanusiaan, memutuskan untuk tanpa lelah berkontribusi membangun kembali kota dengan membangun sekolah. Dengan misi mulia kemanusiaan, mereka mendirikan Sekolah Bilingual Fatih pada tahun 2005
Peresmian gedung baru ini dihadiri oleh para pejabat tinggi Republik Indonesia pada tahun 2006. Diantaranya adalah Prof. Dr. Bambang Sudibyo – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia, dan Prof. Dr. Din Syamsuddin – Ketua PP. Muhammadiyah.
Dalam kurun waktu singkat, sekolah ini menjadi kebanggaan daerah Aceh dengan prestasi gemilang di ajang kompetisi nasional maupun internasional. Kehandalan dan reputasi sekolah tersebut kembali mendapat kepercayaan dari Yayasan Teuku Nyak Arif untuk kembali membangun sekolah. Sekolah kedua, sekolah putri di Banda Aceh bernama Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School. Sekolah-sekolah ini sekarang telah menjadi salah satu sekolah paling terkemuka di kawasan ini dan telah menerima tamu dari seluruh dunia.